Setengah Duduk Setengah Berdiri
Ketika sedang tidak sibuk biasanya saya suka bermain game, menonton serial drama atau melihat video dari instagram reels, 小红书 / Xiao Hong Shu dan 抖音 / Dou Yin.
Sedang asik-asik nya menonton video di Dou Yin, begitu di scroll lagi ternyata ada yang lebih menarik dari video transisi cici-cici Tiongkok. Video tersebut cukup membuat saya tertawa, tetapi disamping itu sebenarnya saya merasa kasihan juga dengan salah satu orang yang berada di video tersebut.
Orang tersebut adalah Antonio Guterres, beliau merupakan Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa. Video itu sepertinya video lama, yang sedang menampilkan jalannya rapat Dewan Keamanan PBB, membahas isu perang Ukraina dan Rusia yang tak kunjung selesai. Kebetulan waktu rapat tersebut juga peringatan tepat 1 tahun mulainya Rusia meluncurkan serangan pertama kepada Ukraina, yaitu tanggal 24 Februari 2023.
Anggota Dewan Keamanan PBB baik yang tetap maupun yang tidak tetap sepertinya semuanya hadir mengikuti rapat tersebut. Video diawali oleh menteri luar negeri Ukraina Dmytro Kuleba yang sedang diberi kesempatan untuk berpidato.
Di akhir pidato, ia mengajak kepada seluruh orang yang mengikuti rapat untuk berdiri dan mengheningkan cipta selama satu menit untuk mengenang seluruh korban rakyat Ukraina akibat perang Ukraina-Rusia.
Hal ini membuat Perwakilan Tetap Rusia untuk PBB Vasily Nebenzya tidak senang. Ketika ia ingin berbicara mic nya justru mati, sehingga ia hanya dapat memprotes tanpa mic sambil melambaikan tangan kepada Antonio Guterres.
Ada sorotan kamera yang menunjukkan perwakilan dari Jepang, dimana ia hendak ingin berdiri namun tidak jadi karena melihat menteri luar negeri Amerika Serikat Antony Blinken belum berdiri. Begitu Antony Blinken berdiri, perwakilan dari Jepang yang duduk di seberangnya pun langsung ikut berdiri juga.
Sementara Antonio Guterres terlihat kebingungan bolak-balik duduk dan berdiri, sambil melihat orang-orang sekitarnya dan menghiraukan protes dari perwakilan Rusia. Akhirnya, ia pun hanya dapat setengah duduk setengah berdiri, posisi badan agak membungkuk ke depan dan yang jelas tidak berdiri dengan tegak dan sigap, ekspresinya pun juga terlihat kebingungan.
Perwakilan Tetap Rusia untuk PBB |
Hanya perwakilan Tiongkok lah yang tidak ikut berdiri, di sebelah Tiongkok pun ada perwakilan Brazil yang karena melihat sebelahnya sehingga tidak ikut berdiri juga. Jika diperhatikan lagi, sepertinya ada beberapa anggota yang tidak ikut berdiri juga.
Setelah itu giliran perwakilan Rusia berpidato, ia pun juga mengajak seluruh anggota yang hadir untuk berdiri dan mengheningkan cipta selama satu menit untuk mengenang para korban akibat konflik Ukraina sejak 2014, ia pun juga menegaskan bahwa seluruh nyawa itu sangat berharga.
Akan tetapi, tidak ada satu pun anggota yang berdiri dan sekali lagi ini membuat Antonio Guterres kembali bingung dalam posisi setengah duduk setengah berdiri, apalagi perwakilan dari Rusia melambaikan tangan kepadanya dengan ekspresi yang sepertinya menantangnya.
Sorotan mata Antonio Guterres kini tertuju ke perwakilan Tiongkok. Setelah mendengar terjemahan dari ucapan perwakilan Rusia, perwakilan Tiongkok langsung berdiri dan yang mengejutkan adalah semua anggota yang hadir berdiri semua tanpa terkecuali. Ketika semua anggota berdiri, baru lah Antonio Guterres dapat menghela nafas lega dan dapat berdiri dengan tegak.
Dari hal kecil soal berdiri saja bisa mengetahui dua hal. Satu, menjadi Sekretaris Jenderal PBB atau pimpinan PBB itu tidak mudah, sebab ia harus mengayomi semua negara tanpa saling membedakan, namun tentu sikap tersebut akan mendapat banyak kecaman dan tekanan dari banyak negara, pastinya akan dianggap terlalu memihak.
Kedua, pengaruh Tiongkok di PBB boleh dikatakan sudah mulai kuat, bagi orang awam tentu sering mengatakan PBB itu hanya patuh pada Amerika Serikat.
Ada seorang akademisi Tiongkok bernama 艾跃进 / Ai Yuejin (sudah almarhum) , ia pernah mengatakan “在国际交往中,实力永远是维护正义的基础,国防才是外交的后盾,尊严只在剑锋之上,真理只在大炮射程之内。” Kira-kira artinya adalah dalam berdiplomasi, Kekuatan selamanya adalah dasar untuk membela keadilan, Pertahananan Nasional (militer) menjadi pendukung dalam diplomasi luar negeri, Martabat/Harga Diri hanya didapatkan dari pedang dan Kebenaran hanya didapatkan melalui meriam.
Sesungguhnya jika suatu negara kekuatannya sudah sangat kuat maka dia bisa memakmurkan rakyatnya, namun jika suatu negara kekuatannya masih lemah atau biasa saja, akan sangat sulit untuk mendapatkan hak bersuara di panggung internasional.
Komentar
Posting Komentar